Lagu Batak

Tentang : Artis, Pencipta, Musisi, Produser, Penikmat, Syair

Archive for the ‘parbada’ Category

Etika, Akhlak dan Karir

with 3 comments

mari kita coba untuk membahas kalimat ini dengan jernih. latar belakangnya adalah : sejak 15 tahun lalu sy memulai “side business” sy pada bidang musik recording, jika dibanding dengan latar belakang pendidikan sy, sampai skrg sy tdk mendapat jawaban yg memuaskan mengapa sy memilih bidang ini sbg side business. tetapi itulah hidup, karena “sense of belonging” yg berlebihan membawanya sampai jauh terdampar dibidang itu.

seperti profesi dunia rekaman pada zaman sy ini, banyak teman produser memanfaatkan itu utk mengambil keuntungan sesaat tanpa menghiraukan sebab akibatnya dikemudian hari,
dengan kata lain banyak produser yg harus dibayar terlebih dahulu dengan sejumlah uang untuk mengorbitkan seorang/grup penyanyi.
ada yg berhasil dan ada yg betul2 terpuruk. tapi untunglah sy tidak ikut ikutan utk melakukan hal yg sama, sy blm pernah melakukan tukar guling dengan uang atau benda untuk merekam seseorang agar bisa masuk dunia rekaman menjadi penyanyi, yg sy lakukan adalah dengan “membayar” honor (walaupun tidak tidak banyak tapi layak) dan memperlengkapinya, itulah yg sy sebut etika, mungkin karena itulah banyak hitungannya jika seseorang/grup “meminta minta” agar mereka sy rekam dan dipublikasikan.

latar belakang ilmu ekonomi yg sy geluti sangat dekat dengan dunia marketing, yg intinya bagaimana melihat peluang dan situasi untuk berdagang agar mendapatkan keuntungan berlipat ganda, tentu sy mempunyai formula2 tersendiri yg tidak dapat sy jelaskan disini. itulah yg dominan sy lakukan dalam business ini.
tapi sama seperti pekerjaan2 lainnya, tidak lah dapat semua mulus begitu saja, itu sudah diluar kewenangan saya membahasnya.

sebagai catatan, untuk merekam sebuah album etnik dibutuhkan minimal dana 60jt rupiah per album, dan break even point yg diharapkan dari modal ini, harus terjual sekitar 30.000pcs vcd. jika dilihat dari peredaran dan arus penjualannya “tidak mungkin” BEP dengan kondisi saat perekonomian sekarang ini, namun tadi saya katakan formula yg sy terapkan akan menjawab semua itu.
sy meyakini seluruh pekerjaan yg konsisten dan terus menerus dilakukan akan membawa kenikmatan pada waktu yg akan datang, itu kata kuncinya.

akhir2 ini sy mempunyai persoalan mendasar terhadap pola yg sy terapkan untuk diri saya, marketing yg sy terapkan cukup berhasil untuk sebagian besar artis yg sy tangani. dalam arti walaupun sy berjalan terseok seok utk mendapatkan BEP namun dari segi popularitas mereka jauh telah berhasil, artinya mereka telah menikmati hasil kerja saya, dan saya masih menunggu keuntungan atas kerja keras saya.
akibatnya timbul permasalahan, kepopuleran mereka menjadi boomerang bagi saya, bahwa karena mereka telah menjadi tersohor, tentu banyak tangan tangan terbuka untuk ikut menikmati hasil kerja saya itu.

didalam setiap mengorbitkan penyanyi sy juga selalu mempunyai persyaratan khusus, bahwa seseorang atau grup penyanyi harus “tunduk” dengan aturan yg sy tetapkan (itu hal yg sangat wajar, karena sy mengeluarkan dana yg tidak sedikit dimuka) maka syaratnya bahwa akan dilakukan kelanjutan albumnya kelak.

namun karena entah desakan popularitas dan keinginan untuk memiliki album kembali, mereka “mencari” atau kata tepatnya menerima tawaran produser lain dengan sembunyi2 agar mereka rekaman, persoalan inilah yang saya sebut “akhlak”.

hubungannya dengan karir apa?, tentu sangat erat. pertama, sy sebagai orang pertama yg mengorbitkan penyanyi, tentu tau kelemahan yg disembunyikan dan kelebihan yg dapat sy tonjolkan dari artis tersebut hingga mereka dapat tersohor.
maka pasti ada perbedaan apabila sy tidak ikut dalam kelanjutan album mereka itu, jika itu terjadi besar kemungkinan karir yg mereka bangun dari bawah akan berhenti ditengah jalan. namun sayangnya sampai saat ini belum ada orang yg betul2 mengerti dengan teori ini, hingga mereka kalap dan merasa rendah dimata orang lain jika tetap mengikuti cara berpikir sy.

mungkin ada yg ingin bertanya, mereka kan menyambung hidup dari profesi itu pak produser??. betul!! jika mereka pekerja penuh dalam bernyanyi, maka kepopuleran mereka itu akan menjadi alat yg ampuh untuk dijual dan mereka mendapatkan uang yg banyak dari show-show yg mereka lakukan setiap hari, itu sangat berbanding terbalik dengan hasil dari honor rekaman yang sy sejajarkan dengan “pendapatan satu bulan show sama dengan honor rekaman 1 album/1-2 tahun”, bandingkan!.

dari segi ekonomi juga, saya pun tidak sebodoh bodoh amat, jika sy menganggap itu sudah emas, kenapa saya tetap menanamnya terus? pastilah saya akan dulang dan proses kembali asalkan sesuai dengan formula yg sy terapkan.

untuk hal2 yg sy sebut “persyaratan khusus” tadi adalah hal mutlak yg tdk bisa ditawar bagi saya, biarlah nanti saya mendapatkan imbalan bahkan keuntungan dari kesalahan mereka (penyelewengan) kalau sy terpaksa melakukannya.

Written by simanjuntakstars

November 5, 2015 at 5:14 pm

UNANG UHUM AHU Cipt. Andre Silaen by SOMASI TRIO Vol. 2

leave a comment »

Written by lagubatak

September 2, 2014 at 6:31 am

RO MA HO Cipt. Hadi Rumapea by VERSI TRIO

leave a comment »

Ro Ma Ho
Cipt. Hadi Rumapea

Tung ias do rohakki
Namardongan dohot ho
Mancai las do rohakki
Dung pajumpang dohot ho

Hu todo ho ito
Asa gabe saut di au
Dijangkon ho doi
Dohot denggan

Alai boasa ma ito
Gabe lupahonon mu au
Gabe lao do ho dao
Lao maninggalhon au

Sai anju ma au ito
Disasude pambahenan hi
Manang namangarsahi roha mi

Hata sirang hasian
Didok ho lao maninggalhon au
Dang olo au
Dang olo au dao da sian ho

Rap hita nadua
Rap mandokkon cinta
Dalan ta marsihaholongan

Boasa dung saonari
Mose ho dijanji
Unang tinggalhon au ito

Ro ma ho
Mulak tu au
Hasian nalagu

Cinta hi
Holan tu ho
Hasian nabasa

Written by lagubatak

March 27, 2014 at 9:35 am

Bonauli Band

with 7 comments

Horas,

Mabiar Au – Cipt. Joe Harlen Simanjuntak

Joing – Cipt. Daulat Hutagaol

Written by lagubatak

December 16, 2011 at 12:43 pm

Horas, Tabe dohot Holong

with 6 comments

Telah 5 (lima) bulan saya tidak pernah meng-update blog ini, maklum saya sedang menjalin hubungan kerja dengan salah satu usaha di daerah Kalimantan, sekali kali saya juga melihat perkembangan blog ini, apa yang terjadi pikirku…, ternyata cukup mencengangkan, blog yang tak pernah di update selama itu tetap tampil berkibar dan mampu menarik peminat rata rata 1000 pengunjung per hari.

Rasanya saya ingin berbuat lebih banyak terhadap perkembangan blog ini secepatnya, namun apa daya kesibukan sehari hari menyita sangat banyak energy dan hampir tak dapat berbuat banyak untuk hal lain.

Bagi pengunjung yang ingin menymbang saran dan memberi kontribusi untuk kelangsungan blog lagu batak saya menawarkan kesempatan ini agar dapat ‘berbuat’ agar wadah ini dapat dipergunakan untuk pengembangan ke hal yang lebih positif.

Mauliate.

Written by lagubatak

June 7, 2011 at 12:08 am

Rajumi Sister

with 5 comments

Namanya Rajumi Sister, sebagai informasi mereka bertiga datang dari perantauan orang batak yang dominan didaerah Sumatra yakni Pekanbaru. Jika saya memberanikan diri untuk meng-upload lagu mereka ini, itu pertanda bahwa menurut hemat saya mereka cukup untuk diperhitungkan dalam bernyanyi.

Secara pribadi saya mengenal dari salah seorang personil Rajumi Sister, dia adalah pemerhati lagu batak dan dapat dikatakan sebagai orang yang peduli agar lagu batak tetap bergema di daerah Pekanbaru dan sekitarnya, dia adalah sang penyiar radio RRI khusus untuk Senandung Tapian Nauli yang memang tersohor acara lagu batak disana.

Saya sangat mengharapkan suatu saat kelak mereka benar2 dapat merealisasikan cita cita mereka untuk masuk dapur rekaman lagu batak, jika dilihat dari performance mereka sudah lebih dari cukup, leader vocalnya cukup mempunyai warna dan power yang dapat diperhitungkan kelak. Itu dibuktikan dari lagu yang sedang saya upload ini, hampir tidak ada nada yang fals yang berarti, padahal dari beberapa penyanyi amatir yang pernah saya dengar untuk membawakan lagu ini membutuhkan kwalitas yang baik, mereka telah membuktikannya.

Rajumi Sister dari Pekanbaru, saya yakin orang akan sependapat dengan cerita saya ini jika kalian dapat mewujudkan cita cita kalian secepatnya. Saya menunggu kalian dan juga berdoa untuk kalian bertiga. Horas

Written by lagubatak

December 18, 2010 at 10:37 am

Cellphone/pulsa vs Kaset/VCD (dari sudut ekonomi)

with 2 comments


Hello, today is 3rd February 2010 isn’t it?

Rasanya agak asing kadang kadang melihat satu tulisan yang membahas tentang perekonomian dalam blog yang menamakan dirinya mengenai lagu batak, ibarat bensin dengan ban, sama sekali tidak ada hubungan, namun keduanya mempunyai peran yang mendasar terhadap lajunya kendaraan, jika bensin mobil anda kosong mustahil anda bisa mengendarainya dengan nyaman, demikian juga halnya dengan ban, maka tak terbayangkan jika keduanya tidak saling menopang satu dengan yang lainnya.

Bah, lagu batak dengan ekonomi apa hubungannya parlapo?, yah.. itulah yang ingin kita hubungkan sampai nampak benang merah dan putihnya agar orang lain bisa melihat dari sisi titik awam se awam awamnya, karena bahasan yang ingin saya sampaikan ini akan berusaha untuk mengupas dari titik ilmu yang rendah seperti yang saya miliki ini, mungkin jika elmu saya sudah tinggi blog ini pun tak perlu lagi dibuat, tinggal membuat papan nama besar2 di salah satu gedung bertingkat dibilangan jakarta selatan dan saya akan menamakan diri sebagai ‘konsultan’,:-)

Saya mengamati dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak sudah stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah nampaknya gagal diterapkan untuk mendongkrak daya saing ekonomi masyarakat indonesia dibanding dengan ekonomi rakyat negara negara berkembang lainnya, dari mulai padat karya, bantuan permodalan, bantuan ekonomi usaha kecil dan menengah yang jalan ditempat, bahkan dananya terus menggelembung tanpa mendapat hasil positif dari masyarakatnya terutama masyarakat kecil. masyarakat miskin kita tak pernah beranjak dari tempatnya menjadi ‘pengusaha’ dan mereka tetap berdiam ditempat mereka berada, apakah mereka tau dan mengerti, usaha yang dilakukan pempimpin itu adalah tujuannya untuk mensejaterakan mereka?, kalau tau mungkin mereka akan ikut berbondong bondong datang ke gedung kepah yang ada di senayan sana untuk menuntut agar penerapannya diberikan secara tunai dan langsung, hehehe mungkin akan ada yang mengusulkan agar dibuat system pemilu saja.:-) maksudnya pembagiannya terbuka, jujur dan adil.

Saya menganggap masing2 kita mengerti bahwa pemerintah itu adalah sebagai kontrol (penyeimbang) terhadap ekonomi yang berjalan di dalam negeri, misalnya pemerintah memberikan fasilitas infrastruktur (jalan, listrik, kenyamanan) agar masyarakat dapat lebih produktif, pemerintah membuat undang undang agar masyarakat tidak saling sikut menyikut melakukan aktifitasnya, pemerintah membuat peluang agar masyarakatnya tergoda (tergugah) untuk melaksanakan roda perekonomian, selebihnya itu diserahkan kepada masyarakat dan yang lebih penting, pemerintah tidak dapat memaksa agar masyarakatnya lebih giat lagi. namun masyarakat dapat serta merta meng-kalim pemerintah tidak bekerja dengan penuh untuk kehidupan perekonomian masyarakat.

Ketika krisis ekonomi yang terjadi pada awal tahun 1997, pemerintah sudah barang tentu bekerja dengan keras agar ekonomi tidak melampau titik yang mengkhawatirkan, disamping krisis ekonomi, krisis kepercayaan terhadap pemimpin pun menggeliat dengan kerasnya, maka timbul perpaduan krisis tingkat tinggi, ekonomi, moral dan kepercayaan. ketiganya punya andil yang besar membuat bangsa ini terpuruk sampai titik yang terendah.

Namun adakah diantara kita yang pernah berfikir, bahwa sebenarnya yang membuat semua itu adalah masyarakat itu sendiri?, seperti yang saya jelaskan bahwa pemerintah adalah sebagai penyeimbang terhadap perlakuan ekonomi sedangkan pemeran utamanya adalah masyarakat.

Contoh, jika anda menabung uang anda dalam sebuah bank, pemerintah sama sekali tidak berhak dengan tabungan anda itu, bahkan berdasarkan undang undang maka pemerintah diwajibkan untuk menjamin tabungan anda itu aman dan jika terjadi ‘malapetaka’ dalam bank itu uang anda tetap akan dapat diambil tanpa berkurang sedikit pun. betapa baiknya sebenarnya pemerintah itu.

Contoh lain, jika anda ingin memiliki sesuatu barang mahal yang sebenarnya tidak harus anda miliki jika anda memiliki uang yang cukup membeli, pemerintah tidak pernah dapat mencegah anda untuk membelinya walaupun hal itu berpotensi untuk membuat kegaduhan dalam system perekonomian dalam negeri. misalnya jika anda ingin memiliki mobil mewah yang di import dari negara tertentu dengan harga yang tak masuk akal, oh ya… itu terlalu sulit dicerna, yang lebih umum adalah jika anda ingin memiliki telepon genggam merk “blackberry” tak pernah saya melihat pemerintah melarang masyarakat untuk mengurungkan niat membeli alat canggih itu, padahal…… menurut saya, itu potensi untuk membuat kegaduhan dalam perekonomian masyarakat.

Pada tahun 1993 sewaktu saya baru memiliki telepon genggam ber merk errickson yang bisa membuat kucing mati jika dilempar pakai benda itu, waktu itu saya membayangkan bahwa suatu saat akan ada salah satu perusahaan yang membuat heboh masyarakat indonesia dengan pasar sejenis ini, waktu itu saya sudah membayangkan bahwa seorang tukang becak, tukang kebun, tukang sayur akan leluasa ber hallo ria dengan temannya diseberang sana hanya menanyakan apakah dia sehat sehat saja disana. nah sekarang bayangan saya itu terbukti, tidak heran seorang penarik becak sibuk dengan fitur fitur telepon genggamnya mencet-mencet sms sampai dia lalai untuk bekerja.

Booming telepon genggam terjadi pada awal tahun 1996 saya tidak dapat memastikan bahwa sebenarnya ada hubungannya dengan keterpurukan ekonomi, tapi jika ada yang memusatkan fikiran untuk membuat analisa ini, saya yakin minimal 20% keberadaan telepon genggam lengkap dengan pulsa dan peralatannya adalah pemicu keterpurukan ekonomi masyarakat.

Alasannya apa parlapo?, dahulu sewaktu kita belum mengenal benda ini kita masih produktif dan masih dapat memberikan waktu kita untuk maksimal bekerja 80% dari nilai produktifitas kita, tiba tiba benda keramat itu telah menyita perhatian dan tenaga kita hampir 40%. tolong nanti diamat amati dengan keberadaan anda dengan telepon genggam anda sendiri, berapa kali anda memegang, mencet, menerima telepon, mengisi pulsa, itu adalah biaya langsung yang sadar atau tidak yang mengurangi isi kantung anda dan membuat pekerjaan anda terganggu. sangat jauh jika dibandingkan dengan sebelum benda asing itu ada.

Perlakuan itu sebenarnya akan sangat positif jika kita hubungkan dengan ‘echo-system’ ekonomi kita, artinya jika kita mengeluarkan uang yang besar, jika kita produktif maka kita akan mendapatkan juga nilai/hasil yang besar, dengan catatan jika itu semua dilakukan dan menjadi produk dalam negeri, namun akan lain hasilnya jika uang yang anda keluarkan itu akan dibawa oleh seseorang berkarung karung ke negaranya sana tanpa memberikan keuntungan bagi anda. maka kita telah terlena dan tergoda dengan ‘mainan’ yang mereka suguhkan tanpa memikirkan dampak yang timbul dikemudian hari.

Jika anda adalah pengguna salah satu merek terkenal ‘blackberry’, gaji anda sebulan dengan Rp.5jt menurut saya itu adalah suatu pemaksaan yang tidak perlu terjadi, dengan kata lain bahwa anda telah mengizinkan orang lain datang dengan karung besar dan menyuruh anda memasukkan uang anda dalam karung itu, dengan tenang dia membawa karung itu dari hadapan anda ke negaranya, tanpa menambah produktifitas anda atas barang tersebut. matilah kita!.

Saya tidak pernah mengambil referensi sudah berapa banyak sebenarnya jumlah telepon genggam di indonesia dan berapa harganya, berapa biaya pulsa setiap bulan dari kumulatif masyarakat, dibandingkan dengan nilai produktifitas kita keseluruhan, apakah masih seimbang?, menurut saya tidak…. dan jawabannya tidak berbanding lurus.

Lagu batak?, dahulu sewaktu penjualan pulsa telepon belum se-marak sekarang ini, penjualan kaset/vcd masih bisa dikatakan menarik dari segi perekonomian, karena rata rata produksi masih kembali modal (break even point), sekarang pulsa adalah musuh utama penjual kaset, ibu ibu dan anak muda akan mudah mengurungkan niatnya untuk membeli kaset jika dia melihat pulsa cellponnya sudah menipis. sedangkan menurut saya bahwa yang terkandung dalam kaset/lagu itu hampir 90% adalah muatan lokal yang sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat secara positif.

Padahal jika saya sebagai seorang produser berhasil mengambil uang dari kantong anda, tentu saya pada gilirinanya akan mengembalikannya lagi kepada anda dengan cara yang berbeda, misalnya : uang tersebut akan saya jadikan lagi proyek untuk membuat album yang lain, membayar artis, membayar pemusik, membayar pencipta, membayar honor lainnya, siapa tahu diantara yang saya sebutkan tadi adalah berhubungan dengan anda, maka terjadilah yang dinamakan ‘echo-system’ perekonomian yang positif dan dapat saling menopang satu dengan yang lainnya, maka terjadilah ekonomi masyarakat yang madani.

bah, nga mondok ondok be au hape……….. ai aha do hupandokkon sian nakkin???

modom ma jolo ate…, hehehehe

horas ma.

Written by lagubatak

February 3, 2010 at 4:54 pm

Pencipta Lagu Batak

with 4 comments

balgani tangani

balgani tangani

Pencipta Lagu Batak

Iya, sekarang kita mencoba membahas nama-nama para pencipta lagu batak atau kalau halak sileban membilang “songwriters”, entah apalah namanya kalau bahasa jawa, karena kita tidak membahas yang berbau jawa maka saya pun tidak perlu untuk mencari perpadanan bahasa batak dengan bahasa jawa.

Kalau kita mengikuti perjalanan musik batak sampai saat ini, tidak banyak nama yang perlu harus kita ingat untuk mengetahui bagaimana lagu batak itu tercipta dan sampai ke telinga kita, sebut saja lah Nahum Situmorang… khusus nama ini sampai generasi kedua setelah dia, saya tidak akan banyak membahasnya karena mungkin anda sudah lebih tahu banyak dari saya tentang oppung ini dan teman teman-temannya itu (S.Dis, Ismail Hutajulu, Tilhang Gultom, Dll).

Saya ingin berbagi sedikit cerita tentang para pencipta lagu batak yang sekarang sedang aktif (baca : masih hidup) dan berkarya seperti yang lazimnya anda lihat pada cover cover kaset/cd/vcd saat ini.
Saya akan mencoba membagi mereka dalam 2 kategori :

Generasi Senior :
Tagor Tampubolon, Tigor Gipsy Marpaung, Dakka Hutagalung, Anton Siallagan, Iran Ambarita, Bunthora Situmorang, Jack Marpaung, Johny S. Manurung.

Generasi Junior :
Robert Marbun, William Naibaho, Yamin Panjaitan, Gaols Naibaho, Abidin Simamora, Posther Sihotang, Tigor Panjaitan, Sakkan Sihombing, Soritua Manurung, John Ferry Sitanggang, Jennifer Simanjuntak, JoeHarlen Simanjuntak, Mangara T. Manik, Pangihutan Manik, Hady Rumapea, Anton Manik, Tagor Pangaribuan, Fredy Tambunan, Edison (Transaksi) Sibuea, Dll.

Bagaimana mereka berkarya?,
Pada umumnya sama, ada yang berkarya atas tuntutan ilham dan ada juga dengan tuntutan dapur. yang saya maksud dengan tuntutan ilham adalah, seperti biasanya seorang seniman yang berkecimpung dalam penulisan lagu, mereka sangat dekat dan akrab dengan kehidupan masyarakat, apabila dia melihat sesuatu hal yang menurut mereka aneh, katanya jika mereka akan hendak tidur… maka ilham itu akan terus datang menghantui tidur mereka, apabila ilham ini belum direalisasikan dalam bentuk karya lagu, maka mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak walau datangnya malam hari (dan malah sering) pagi sekalipun, maka rokok, ballpoint, kertas partitur, gitar, keyborad, recorder adalah teman setia yang mereka andalkan untuk dapat bekerja. Biasanya hasil karya dengan kedatangan ilham seperti ini adalah karya yang dapat dibanggakan dikemudian hari.
Yang tidak masuk akal, jika hal ini yang terjadi umumnya mereka akan menyimpan karyanya sampai pada suatu saat mereka mempunyai kesempatan untuk menjual dengan harga yang kadang tidak masuk akal sehat. Pernah suatu saat sipencipta tertangkap tangan kejatuhan sebuah kertas yang sudah sangat lusuh, ternyata usut punya usut kertas itu adalah sebuah lagu ciptaan yang cukup bagus baik dari cerita dan notasi. Jawaban klise yang didapat bahwa lagu tersebut menunggu sampai ada kesempatan untuk diikutkan dalam sebuah festival lagu batak.

Nah, yang menarik perhatian adalah jika tuntutan itu datangnya dari dapur, biasanya datangnya dari pesanan sang produser yang langsung berhubungan dengan uang tunai, biasanya jika produser ingin membuat suatu produksi, hal yang pertama dilakukan adalah pengumpulan lagu, maka sang produser menghubungi para pencipta untuk menyediakan lagu kepada penyanyi yang telah ditentukan sebelumnya.

Dari sekian nama yang saya sebutkan diatas umumnya sangat piawai untuk membuat lagu sesuai pesanan produser, biasanya mereka akan menanyakan kepada sang pemesan, siapa penyanyi yang akan membawakan lagu pesanan tersebut, alasannya adalah agar mereka dapat membuat notasi dengan formasi jenis suara masing masing, kita tahu dalam lagu batak ada lengkingan khas agar lagu tersebut sedikit menggigit ditelinga.
Setelah mereka mengetahui type vocal yang akan menyanyikan, serta merta dengan hitungan jam, tersebutlah sebuah lagu yang lengkap dengan alunan suara sang pencipta dalam sebuah cassette yang disebut contoh lagu, maka terjadilah transaksinya (situ butuh sini juga butuh). Saya kira semua tindak kehidupan itu sama, jika kita melakukan sesuatu hal dengan terburu buru, maka hasilnya tidak akan maksimal, akur?, kuuuurrr.

Generasi pertama tadi umumnya jauh lebih terkendali dalam hal bernegosiasi dengan para produser atau pemesan lagu, biasanya mereka akan bertanya apakah permintaan lagu tersebut ada pesanan khusus (moral) didalamnya atau cukup mengikuti alur cerita yang ada dalam pikiran sang pencipta tersebut. Kedua system ini juga berlaku penerapan harga yang berbeda.
Sedangkan generasi yang kedua tampaknya masih sporadis dalam menawarkan ide lagu, dengan dilengkapi dengan ‘video clip’ (berupa lips service) tentang cerita lagu dengan maksud untuk menekankan betapa ‘berbedanya’ lagu ciptaannya. Ingat! tidak semua lagu pesanan ini mutlak diterima oleh produser/pemesan, namun harus melalui seleksi yang ditentukan, tapi apabila semua telah terpenuhi maka terjadilah transaksi tadi.

Bahkan dari beberapa pencipta terakhir ada juga yang mempunyai keahlian mencipta lagu dengan system minus one, artinya sipencipta mendengarkan salah satu lagu sebagai referensi, bisa dari lagu barat, batak atau yang lainnya. dari musik tersebut dia hanya melarikan sedikit melody lagu agar tidak sama persis dengan lagu yang sedang didengarkan namun musik dasar (string, bas, drum) boleh sama dari awal lagu sampai akhir.
Contohnya, silahkan dengar lagu Gareja Bolon dan Anak Naburju, hadirkan seorang pemain gitar dan 2 orang penyanyi, satu orang menyanyikan lagu Gareja Bolon dan satu orang lagi menyanyikan Anak Naburju, nikmati kedua lagu tersebut sekaligus bersamaan dengan musik dasar/nada (petikan gitar) yang sama. Saya tidak mengajak anda untuk mengetahui siapa yang mengikuti siapa, tapi kedua lagu tersebut sama sama bagus, banyak lagi lagu yang terlepas dari perhatian karena memang lagu tersebut tidak mencuat kepermukaan.

Sejujurnya, dari penilaian generasi pencipta lagu batak, rasanya kita pantas gamang untuk menyerahkannya kepada para generasi generasi baru saat ini, mengingat minimnya pengetahuan mereka terhadap perbendaharaan ungkapan kata yang baik untuk menggugah perasaan seperti yang telah dilakukan oleh pendahulu mereka. Rasanya sudah waktunya para orang batak (terutama seni bahasa) membuat suatu sumbangsih pemikiran dengan cara mendekatkan diri ke komunitas seniman batak agar mereka lebih bertanggung jawab dengan jalur yang mereka pilih.

horas,
bj

Written by lagubatak

January 17, 2009 at 1:21 am

Rodi Sadarion

leave a comment »

Rodi Sadarion

Denggan do hupaborhat ho inang

Ditikki pamasu masuon mi

Hugokkon do sude dongan sahuta i

Lao mangadopi parbogason mi

 

Nunganga massai leleng au tarpaima

Pahompu panggoaran sian ho

Sahat rodi sadarion manghirim roha hi

Sai tarpaima ima amang mon

 

Reff. Ooo…. Nungnga adong mar pitu taon

Naung sohot ho inang tu hela hi

Andigan nama au da boru hu

Tarsongon dongan i,

mangabing abing pahompu na i

 

*** lagu ini tentang permohonan seorang tua yang sudah sangat rindu menimang cucu dari putrinya. setelah sekian lama (7 tahun) dinikahkan namun belum bisa menimang cucu seperti teman2 yang lainnya…:-(( sodioh……

Written by lagubatak

January 14, 2009 at 3:53 am

ATM – Amati, Tiru dan Modifikasi

leave a comment »

Politik……..

Kata ATM ini akhir akhir ini sering saya dengar dari beberapa teman maupun radio lokal, bagaimana kiranya kita bisa mengamati kehidupan orang lain dan jangan malu untuk menirunya, terlebih jika kita bisa memodifikasikannya sesuai dengan kemampuan kita. Maka terlintas beberapa pengalaman yang pernah saya jalani.

Dahulu, sekitar bulan September 2003 sewaktu saya masih berada di Seattle, Amerika. Saya pernah direkomendasikan teman satu kerja untuk bergabung mengikuti “program” ride atau lebih sedap disebut “demo”, yang diberi nama Immigrant Workers Freedom Ride, kemudian saya mengajak teman orang Indonesia yang sama sama tinggal di Seattle yaitu Solon Sihombing, karena kami datang dari belahan Amerika bagian selatan, tepatnya Washington, maka nama rombongan kami diberi nama Immigrant Workers Freedom Ride Washington.

Hampir dari seluruh Negara bagian di amerika serikat mengirimkan utusannya dengan menggunakan bus menuju New York, tempat nanti dimana para demonstran berkumpul mengeluarkan pendapatnya untuk menuntut kebebasan bekerja dan kemudahan menjadi warga Negara Amerika bagi para immigrant yang datang dari seluruh belahan dunia dan tinggal di Amerika.

Dari Seattle, Washington kami para immigran yang terdiri dari berbagai Negara antara lain dari eropa timur, afrika, philipina, thailand, peru, mexsiko,dan kami berdua dari Indonesia, ada sekitar 54 orang dengan menggunakan bus wisata dengan menempuh waktu 7 hari dan 7 malam menuju New York, namun disetiap kota kota besar yang kami lalui menuju New York, kami selalu disambut meriah oleh masyarakat terutama bagi kaum pendukung partai demokrat, sepertinya mereka telah terorganisir dengan rapi di setiap kota yang kami singgahi. Pada saat kami akan sampai pada kota kota tersebut ternyata sudah ribuan orang menunggu kedatangan kami lengkap dengan union2 (serikat pekerja) yang ada di daerah tersebut, kami sudah menjadi 2 bus setelah kami melewati Negara bagian Oregon. dalam hati saya mulai berpikir bahwa saya sudah dieksploitasi pada hal hal politik yang jauh dari pemikiran saya, tapi tak apalah hitung hitung saya bertamasya ke kota dambaan setiap manusia didunia dengan gratis dan menggunakan jalan darat, yang akhirnya saya tau diberi juga uang “saku” selama 2 minggu.

Sungguh sangat menarik, pada setiap persinggahan di kota kota besar seperti yang saya sebutkan tadi, kami selalu didaulat untuk menceritakan pengalaman kami masing masing bagaimana hidup di Amerika sebagai pekerja immigran, biasanya kami dibagi dalam 4 kelompok, setiap kelompok secara bergantian akan menceritakan pengalamannya kepada seluruh pengunjung, dan saya kebagian untuk menceritakan pengalaman saya sewaktu kami tiba di Negara bagian Nebraska, yaitu kota Omaha. lucu dan getir kalau saya mengingat apa yang saya ceritakan waktu itu, dapat membuat orang-orang terdiam dan bahkan ada yang menangis mendengar cerita saya (hahaha… atau mungkin mereka malah tidak mengerti cerita saya ya…) lebih menariknya lagi bahwa terang terangan kami dikomando supaya mengajak masyarakat agar jangan lagi memilih partai republik untuk memimpin Negara itu, saya juga kurang paham betul apa hubungannya partai demokrat dengan immigrant, mati aku!.

Begitulah seterusnya sampai nanti kami tiba di Washington DC, tempat singgahnya setiap peserta dari seluruh Negara bagian bertemu, berkumpul di gedung putih dan menemui senator senator dari Negara bagian masing masing, untuk menyampaikan permohonan yang berhubungan dengan bagaimana mendapatkan kemudahan terhadap pekerja immigran. Termasuk diantaranya pemberian social security bagi yang belum memiliki, karena mereka tetap membayar pajak dari potongan pay slip (gaji) yang mereka terima, dihapuskannya diskriminasi dan banyak lagi yang saya lupa agendanya, tapi pada intinya adalah Justice for All.

Begitu juga dalam pertemuan dengan para senator ini, kami dibagi dalam 4 kelompok dan kelompok kami akan secara bergantian bertemu dengan 3 senator dari Negara bagian Washington saat itu, semua kami berkesempatan untuk bertemu kepada 3 senator dari Washington, saya kebagian giliran untuk untuk berkenalan dan menceritakan kegetiran seorang pekerja immigran kepada senator Maria Cantwell yang dikenal dengan wanita kaya dan dermawan itu, dia berjanji akan menyampaikan keluhan tersebut kepada rapat senator yang akan datang, dan mencoba untuk melihat perlu tidaknya merubah undang undang perburuhan di Negara tersebut. Saya tau itu adalah bahasa politik, tetapi paling tidak saya mempunyai tambahan pengetahuan, seperti saya dulu waktu SD bertamasya ke kebun binatang bagaimana rasanya melihat gajah yang bisa disentuh dengan lembut.

Pada malam harinya panitia membuat daftar siapa siapa yang boleh ikut untuk tour kedalam gedung putihnya Amerika, sekedar melihat dari dekat bagaimana Negara tangguh seperti Amerika memelihara dan menghargai orang orang pendahulunya dengan membuat patung lilin setiap mantan presiden dan museum museum yang tertata rapi, diterangi dengan lampu kristal kelas wahid, serasa seperti surga dimalam hari :-).

Eh, besoknya teman saya dari Seattle menelepon bahwa nama dan foto saya terpampang pada halam 1 di Seattle Times dengan judul “pahlawan pekerja immigrant sedang meminta simpati kepada para senator”, buat saya ini jauh dari yang saya harapkan.

Ke esokan harinya kembali dengan menggunakan bus yang kami bawa dari Seattle, kami menuju kota New York, oh New York! Nga ro be au!, bus kami membelah kota new York yang terkenal itu dan berjalan diatas jembatan yang cukup panjang, wah… terus terang saya terharu dan menangis saat itu. Saya tidak dapat membayangkan alangkah beruntungnya saya sempat menikmati keindahan kota New York dan bertemu dengan para saudagar saudagar negara ini.

Di suatu lapangan yang sangat besar kami berkumpul tumpah ruah dengan mengenakan kaos berwarna warni, dari pemberian setiap organisasi union, mirip seperti kampanye partai yang ada di Indonesia, lengkap dengan band dan pidato yang silih berganti dar anggota kongres Amerika yang mendukung perhelatan ini, kami memekikkan “yel yel” yang sudah dihafal sebelumnya oleh setiap peserta, hehehe saya tersenyum kalau saya mendengar istilah “Anda Bisa”, karena kalimat yang sama persis seperti pekikan kami peserta dari Seattle waktu itu, karena saya diminta panitia menterjemahkan ke bahasa Indonesia “Yes You Can!” maka kami menggunakan pekikan “Anda Bisa!” apabila rombongan dari Chicago memekikkan “Libertas” bahasa dari Mexiko, sebagai kata ganti “Liberty”.

Di Flusing Meadows, New York disanalah pusat acara ini dilaksanakan, dengan tidak kurang 125.000 orang gabungan dari union union Amerika bergabung dengan hamper 1000 orang para peserta yang datang dari seluruh penjuru Negara bagian Amerika menghadiri acara untuk menuntut hak kebebasan bekerja para kaum immigran, yang didasari dengan Justice for All.

Esok harinya kami pulang masing masing dengan menggunakan pesawat menuju Seattle setelah terlebih dahulu berjalan jalan di kota kota eksotis yang berada di new York.

—-

Inti cerita yang mau saya sampaikan diatas adalah untuk memberikan pandangan kepada para elite politik yang ada di negeri ini, apakah tidak mungkin pola yang diterapkan oleh sebahagian politikus Amerika?, berkampanye tertib dengan mengerahkan segala kekuatan dari seluruh pelosok tanah air dari 33 propinsi datang bersamaan ke Jakarta, pada puncak acaranya membuat acara yang begitu besar di senayan, untuk “menuntut” atau sekedar memperkenalkan dirinya agar dikenal oleh masyarakat luas.

Saya tidak begitu faham bagaimana cara pencarian dana untuk mengadakan acara yang saya ceritakan tersebut, namun terang terangan didalam bus, panitia kami sering mengumumkan bahwa panitia telah mendapat “pledge” dari seseorang yang kaya untuk diberikan sebagai biaya perjalanan kami, hal itu diumumkan setelah seseorang panitia yang duduk tidak jauh dari bangku saya baru menerima telepon dari seseorang.

Sedangkan yang saya ceritakan tadi bahwa pada akhirnya saya dapat uang saku dari pihak panitia untuk mengganti gaji saya selama 2 minggu karena mengambil cuti dari pekerjaan saya.

_________________________________________________
posted : January 9, 2009 misplaced and re-posted!
————————————————-

Written by lagubatak

January 9, 2009 at 2:45 am

Posted in BATAK, parbada, Politik