Lagu Batak

Tentang : Artis, Pencipta, Musisi, Produser, Penikmat, Syair

Cellphone/pulsa VS Kaset/VCD (dari sudut ekonomi)

with one comment

Hello, today is 3rd February 2010 isn’t it?

Rasanya agak asing kadang kadang melihat satu tulisan yang membahas tentang perekonomian dalam blog yang menamakan dirinya mengenai lagu batak, ibarat bensin dengan ban, sama sekali tidak ada hubungan, namun keduanya mempunyai peran yang mendasar terhadap lajunya kendaraan, jika bensin mobil anda kosong mustahil anda bisa mengendarainya dengan nyaman, demikian juga halnya dengan ban, maka tak terbayangkan jika keduanya tidak saling menopang satu dengan yang lainnya.

Bah, lagu batak dengan ekonomi apa hubungannya parlapo?, yah.. itulah yang ingin kita hubungkan sampai nampak benang merah dan putihnya agar orang lain bisa melihat dari sisi titik awam se awam awamnya, karena bahasan yang ingin saya sampaikan ini akan berusaha untuk mengupas dari titik ilmu yang rendah seperti yang saya miliki ini, mungkin jika elmu saya sudah tinggi blog ini pun tak perlu lagi dibuat, tinggal membuat papan nama besar2 di salah satu gedung bertingkat dibilangan jakarta selatan dan saya akan menamakan diri sebagai ‘konsultan’,:-)

Saya mengamati dalam beberapa tahun belakangan ini, banyak sudah stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah nampaknya gagal diterapkan untuk mendongkrak daya saing ekonomi masyarakat indonesia dibanding dengan ekonomi rakyat negara negara berkembang lainnya, dari mulai padat karya, bantuan permodalan, bantuan ekonomi usaha kecil dan menengah yang jalan ditempat, bahkan dananya terus menggelembung tanpa mendapat hasil positif dari masyarakatnya terutama masyarakat kecil. masyarakat miskin kita tak pernah beranjak dari tempatnya menjadi ‘pengusaha’ dan mereka tetap berdiam ditempat mereka berada, apakah mereka tau dan mengerti, usaha yang dilakukan pempimpin itu adalah tujuannya untuk mensejaterakan mereka?, kalau tau mungkin mereka akan ikut berbondong bondong datang ke gedung kepah yang ada di senayan sana untuk menuntut agar penerapannya diberikan secara tunai dan langsung, hehehe mungkin akan ada yang mengusulkan agar dibuat system pemilu saja.:-) maksudnya pembagiannya terbuka, jujur dan adil.

Saya menganggap masing2 kita mengerti bahwa pemerintah itu adalah sebagai kontrol (penyeimbang) terhadap ekonomi yang berjalan di dalam negeri, misalnya pemerintah memberikan fasilitas infrastruktur (jalan, listrik, kenyamanan) agar masyarakat dapat lebih produktif, pemerintah membuat undang undang agar masyarakat tidak saling sikut menyikut melakukan aktifitasnya, pemerintah membuat peluang agar masyarakatnya tergoda (tergugah) untuk melaksanakan roda perekonomian, selebihnya itu diserahkan kepada masyarakat dan yang lebih penting, pemerintah tidak dapat memaksa agar masyarakatnya lebih giat lagi. namun masyarakat dapat serta merta meng-kalim pemerintah tidak bekerja dengan penuh untuk kehidupan perekonomian masyarakat.

Ketika krisis ekonomi yang terjadi pada awal tahun 1997, pemerintah sudah barang tentu bekerja dengan keras agar ekonomi tidak melampau titik yang mengkhawatirkan, disamping krisis ekonomi, krisis kepercayaan terhadap pemimpin pun menggeliat dengan kerasnya, maka timbul perpaduan krisis tingkat tinggi, ekonomi, moral dan kepercayaan. ketiganya punya andil yang besar membuat bangsa ini terpuruk sampai titik yang terendah.

Namun adakah diantara kita yang pernah berfikir, bahwa sebenarnya yang membuat semua itu adalah masyarakat itu sendiri?, seperti yang saya jelaskan bahwa pemerintah adalah sebagai penyeimbang terhadap perlakuan ekonomi sedangkan pemeran utamanya adalah masyarakat.

Contoh, jika anda menabung uang anda dalam sebuah bank, pemerintah sama sekali tidak berhak dengan tabungan anda itu, bahkan berdasarkan undang undang maka pemerintah diwajibkan untuk menjamin tabungan anda itu aman dan jika terjadi ‘malapetaka’ dalam bank itu uang anda tetap akan dapat diambil tanpa berkurang sedikit pun. betapa baiknya sebenarnya pemerintah itu.

Contoh lain, jika anda ingin memiliki sesuatu barang mahal yang sebenarnya tidak harus anda miliki jika anda memiliki uang yang cukup membeli, pemerintah tidak pernah dapat mencegah anda untuk membelinya walaupun hal itu berpotensi untuk membuat kegaduhan dalam system perekonomian dalam negeri. misalnya jika anda ingin memiliki mobil mewah yang di import dari negara tertentu dengan harga yang tak masuk akal, oh ya… itu terlalu sulit dicerna, yang lebih umum adalah jika anda ingin memiliki telepon genggam merk “blackberry” tak pernah saya melihat pemerintah melarang masyarakat untuk mengurungkan niat membeli alat canggih itu, padahal…… menurut saya, itu potensi untuk membuat kegaduhan dalam perekonomian masyarakat.

Pada tahun 1993 sewaktu saya baru memiliki telepon genggam ber merk errickson yang bisa membuat kucing mati jika dilempar pakai benda itu, waktu itu saya membayangkan bahwa suatu saat akan ada salah satu perusahaan yang membuat heboh masyarakat indonesia dengan pasar sejenis ini, waktu itu saya sudah membayangkan bahwa seorang tukang becak, tukang kebun, tukang sayur akan leluasa ber hallo ria dengan temannya diseberang sana hanya menanyakan apakah dia sehat sehat saja disana. nah sekarang bayangan saya itu terbukti, tidak heran seorang penarik becak sibuk dengan fitur fitur telepon genggamnya mencet-mencet sms sampai dia lalai untuk bekerja.

Booming telepon genggam terjadi pada awal tahun 1996 saya tidak dapat memastikan bahwa sebenarnya ada hubungannya dengan keterpurukan ekonomi, tapi jika ada yang memusatkan fikiran untuk membuat analisa ini, saya yakin minimal 20% keberadaan telepon genggam lengkap dengan pulsa dan peralatannya adalah pemicu keterpurukan ekonomi masyarakat.

Alasannya apa parlapo?, dahulu sewaktu kita belum mengenal benda ini kita masih produktif dan masih dapat memberikan waktu kita untuk maksimal bekerja 80% dari nilai produktifitas kita, tiba tiba benda keramat itu telah menyita perhatian dan tenaga kita hampir 40%. tolong nanti diamat amati dengan keberadaan anda dengan telepon genggam anda sendiri, berapa kali anda memegang, mencet, menerima telepon, mengisi pulsa, itu adalah biaya langsung yang sadar atau tidak yang mengurangi isi kantung anda dan membuat pekerjaan anda terganggu. sangat jauh jika dibandingkan dengan sebelum benda asing itu ada.

Perlakuan itu sebenarnya akan sangat positif jika kita hubungkan dengan ‘echo-system’ ekonomi kita, artinya jika kita mengeluarkan uang yang besar, jika kita produktif maka kita akan mendapatkan juga nilai/hasil yang besar, dengan catatan jika itu semua dilakukan dan menjadi produk dalam negeri, namun akan lain hasilnya jika uang yang anda keluarkan itu akan dibawa oleh seseorang berkarung karung ke negaranya sana tanpa memberikan keuntungan bagi anda. maka kita telah terlena dan tergoda dengan ‘mainan’ yang mereka suguhkan tanpa memikirkan dampak yang timbul dikemudian hari.

Jika anda adalah pengguna salah satu merek terkenal ‘blackberry’, gaji anda sebulan dengan Rp.5jt menurut saya itu adalah suatu pemaksaan yang tidak perlu terjadi, dengan kata lain bahwa anda telah mengizinkan orang lain datang dengan karung besar dan menyuruh anda memasukkan uang anda dalam karung itu, dengan tenang dia membawa karung itu dari hadapan anda ke negaranya, tanpa menambah produktifitas anda atas barang tersebut. matilah kita!.

Saya tidak pernah mengambil referensi sudah berapa banyak sebenarnya jumlah telepon genggam di indonesia dan berapa harganya, berapa biaya pulsa setiap bulan dari kumulatif masyarakat, dibandingkan dengan nilai produktifitas kita keseluruhan, apakah masih seimbang?, menurut saya tidak…. dan jawabannya tidak berbanding lurus.

Lagu batak?, dahulu sewaktu penjualan pulsa telepon belum se-marak sekarang ini, penjualan kaset/vcd masih bisa dikatakan menarik dari segi perekonomian, karena rata rata produksi masih kembali modal (break even point), sekarang pulsa adalah musuh utama penjual kaset, ibu ibu dan anak muda akan mudah mengurungkan niatnya untuk membeli kaset jika dia melihat pulsa cellponnya sudah menipis. sedangkan menurut saya bahwa yang terkandung dalam kaset/lagu itu hampir 90% adalah muatan lokal yang sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat secara positif.

Padahal jika saya sebagai seorang produser berhasil mengambil uang dari kantong anda, tentu saya pada gilirinanya akan mengembalikannya lagi kepada anda dengan cara yang berbeda, misalnya : uang tersebut akan saya jadikan lagi proyek untuk membuat album yang lain, membayar artis, membayar pemusik, membayar pencipta, membayar honor lainnya, siapa tahu diantara yang saya sebutkan tadi adalah berhubungan dengan anda, maka terjadilah yang dinamakan ‘echo-system’ perekonomian yang positif dan dapat saling menopang satu dengan yang lainnya, maka terjadilah ekonomi masyarakat yang madani.

bah, nga mondok ondok be au hape……….. ai aha do hupandokkon sian nakkin???

modom ma jolo ate…, hehehehe

horas ma.

Written by lagubatak

February 3, 2010 at 7:54 pm

One Response

Subscribe to comments with RSS.

  1. Bahasan yang bagus

    enapuran

    June 7, 2012 at 12:26 pm


Leave a comment